Rabu, 26 Disember 2012

ASAL USUL KITAB BERZANJI


Assalamualaikum dan Kabare?

Hari ini Sona ingin berkongsi pengetahuan tentang kitab berzanji kerana ingin mengetahui kewujudan kitab berzanji. Sona hanya ingin berkongsi sahaja dan tiada spekulasi dan hanya ingin tahu serta berkongsi sahaja.Tidak salahkan memuji Nabi Muhammad SAW jadi berzanji juga adalah kata-kata pujian kepada baginda >__<  


A. SEJARAH KITAB BERZANJI
Kitab Barzanji adalah buah karya Syekh Jafar Al Barzanji bin Husin bin Abdul Karim (1690-1766 M), seorang qadli (hakim) dari Mazhab Maliki yang bermukim di Madinah. Judul asli kitab tersebut, ‘Iqd al-Jawahir (untaian permata). Namun, nama Barzanji (sang penulis–Red) lebih dikenal masyarakat Muslim ketimbang nama judul kitabnya. Dan pengucapan kata ‘barzanji’ secara fasih agaknya cukup menyulitkan lidah lokal Indonesia, sehingga kata tersebut teradaptasi menjadi berjanji.Karya sastra al-Barzanji ini begitu masyhur di Tanah Air. Syekh Nawawi al-Bantani telah mensyarahi (menjabarkan) isi kitab tersebut dan diberi judul Madarijus Shu`ud ila Iktisa` al-Burud. Beberapa ahli bahasa Arab menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Sastrawan WS Rendra pernah mementaskannya dalam Pagelaran Seni Teater Shalawat Barzanji beberapa tahun silam.Penulisan Kitab Barzanji tidak lepas dari sejarah panjang konflik militer dan politik antara umat Islam dan umat Kristen Barat dalam Perang Salib. Selama Perang Salib berlangsung, Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193 M) sadar akan pentingnya figur pemersatu yang diimajinasikan bersama. Dialah Rasulullah SAW.
Keagungan Nabi dalam Barzanji
Yaa Nabi salam ‘alaika (Wahai Nabi, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)Yaa Rasul salam ‘alaika (Wahai Rasul, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)Yaa habib salam ‘alaika (Wahai sang kekasih, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)Shalawatullah ‘alaika (Semoga kemulyaan dari Allah selalu dilimpahkan kepadamu).Syair itu begitu akrab di telinga masyarakat Muslim Indonesia. Setiap saat, baik di rumah, surau, majelis taklim, maupun masjid, syair tersebut dikumandangkan untuk memuji Nabi Muhammad SAW. Apalagi pada bulan Rabiul Awal, yang merupakan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, pembacaan syair-syair pujian kepada Rasulullah, baik Diba’ Barzanji, Burdah, Simthuddurar (Maulid Habsyi), bergema dalam berbagai kegiatan keagamaan. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga sering dibaca umat Islam di Asia Tenggara dalam berbagai upacara keagamaan. Dan syair maulid Diba’ Barzanji, Burdah, Simthuddurar dan lainnya, kini dibukukan dalam satu buku yang diberi nama Syaraf al-Anam.
Umat Muslim Indonesia punya cara tersendiri dalam mengekspresikan rasa cintanya terhadap Rasulullah SAW. Pujian dan shalawat disuarakan bersama-sama secara khusyuk dan terkadang diiringi alunan musik tradisional, kompang, gambus, hadrah, rebana, dan lainnya. Kegiatan pembacaan syair maulid ini begitu semarak dalam semangat kebersamaan. Bagi umat Islam, pembacaan syair-syair maulid ini merupakan penghormatan dan pujian atas keteladanan penghulu umat, Muhammad SAW.Syair di atas adalah bait kedua dan ketiga dari nazhom Al-Barzanji. Namun demikian, saat pembacaan syair Burdah, Diba’ atau al-Habsyi, syair ini juga sering dibaca, terutama ketika memasuki mahallu al-qiyam (tempat berdiri).
Syair Barzanji yang dikenal juga dengan Maulid Barzanji mengisahkan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dalam untaian syair yang menakjubkan. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua, yaitu natsar dan nazhom. Pada bagian natsar terdapat 19 subbagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi ah pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya merunutkan riwayat Nabi Muhammad SAW, mulai dari saat-saat menjelang baginda Nabi dilahirkan hingga masa-masa tatkala beliau mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian nazhom terdiri atas 16 subbagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir nun.Di dalam kitab ini tidak terdapat informasi tentang tanggal, bulan, dan tahun suatu peristiwa sejarah secara detail. Kitab ini ditulis tidak dimaksudkan sebagai buku sejarah, Syair ini merupakan karya sastra tentang riwayat hidup Rasulullah SAW dengan kekuatan bahasa, pemilihan kata yang apik dan serasi, serta metafor yang indah. Sebagai contoh, keluhuran sosok Rasulullah dianalogikan dengan benda-benda langit sebagai penghias alam semesta, bahkan lebih indah dari benda-benda itu.
Cahaya di atas cahaya
Bahkan, Syekh Ja’far menggambarkan kehadiran sang Rasul di tengah umat Muslim dalam nazhom-nya pada baris keempat yang berbunyi :Asyraqa al-badru ‘alaina fa ikhtafat minhu al-buduuru (Telah terbit purnama di tengah-tengah kita, maka tertutuplah semua bulan purnama).Pada bait berikutnya, Syekh Ja’far menggambarkan:Anta syamsun anta badrun Anta nuurun fawqa nuuri (Engkaulah surya, engkaulah purnama. Engkaulah cahaya di atas cahaya).Dalam tradisi masyarakat Arab, metafora dan simbol terhadap benda-benda langit dimaksudkan menumbuhkan kekuatan rasa cinta dan rindu terhadap orang yang dijunjung, sebagaimana manusia selalu merindukan hadirnya purnama. Dengan penggambaran yang demikian, sang pengarang ingin menyampaikan betapa pribadi Rasulullah begitu agung lagi penting bagi umat manusia, sebagaimana benda-benda langit yang letaknya di atas, memancarkan keindahan, tak terjangkau oleh tangan namun selalu dirindukan, dan memiliki peran penting dalam menjaga dinamika kehidupan alam semesta.Pribadi dan akhlak baginda Nabi tidak lain adalah ejawantah ajaran Alquran yang wajib ditiru oleh umat Islam. Beliau adalah cahaya di atas cahaya yang menyinari hati setiap umatnya, membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Anta mishbahu as-shuduuri (Engkau adalah lentera hati), kata Syekh Ja’far dalam nazhom bait ketujuh. Kehadirannya sebagai cahaya merupakan nikmat tak terhingga bagi semua makhluk hidup. Melalui beliaulah manusia mengenal Tuhannya secara lebih dekat.Keindahan syair Barzanji tidak hanya terletak pada metafornya, tetapi juga pilihan kata-katanya. Setiap kalimatnya berupa kasidah puitis yang diakhiri dengan huruf yang sama (ah atau nun). Mudah diucapkan dan nikmat didengar. Bahkan, bagi masyarakat yang masih kuat memelihara tradisi lisan, susunan kalimat itu mempermudah umat dalam menghapalkannya. Sebagaimana kebiasaan para santri pesantren tradisional yang melantunkan bait-bait syair Barzanji tanpa melihat teks.
Untaian kemilau kata yang berakhir dengan bunyi ah tampak pada pelukisan nasab baginda Nabi Muhammad SAW dalam natsar bait pertama. Judul Untaian Mutiara/ agaknya dipilih oleh penulis untuk melukiskan kemulyaan silsilah keluarga Rasulullah yang dituturkan dalam rangkaian kalimat bersajak. Berikut adalah terjemahannya.”Kusampaikan bahwasanya junjungan kita Nabi Muhammad SAW adalah putra Abdullah, putra Abdul Muthalib, nama aslinya ialah Syaibatul Hamd, karena budi pekertinya yang agung. (Abdul Muthalib) adalah putra Hasyim, nama aslinya Amr, putra Abdu Manaf, yang nama aslinya Al-Mughirah, yang mencapai kemulyaan yang tinggi.”Pada bagian ini ditutup dengan untaian syair:Nasabun tahsibul ‘ula bihulah (Rangkaian nasab yang berkedudukan tinggi).qalladatha nujumah al-jawza’u (laksana barisan bintang-bintang yang saling terkait).Habbadza ‘iqdu sudadiw wa fakhari (Betapa indah untaian yang sangat mulia dan membanggakan itu).anta fahil yatimatul ‘ashma-u (dengan dikau yang laksana liontin berkilau di dalamnya).Sejumlah kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, secara berurutan diuraikan dengan rima yang masih sama. Sang penulis mengisahkan masa kehamilan ibunda Rasul, dan kelahiran beliau yang disertai dengan keajaiban-keajaiban alam. Berikut sekelumit kisah kehadiran sang Nabi dari syair Barzanji.Dikisahkan pada masa hamil Nabi Muhammad, ibunda beliau, Aminah, didatangi malaikat utusan Allah yang mengabarkan bahwa beliau sedang mengandung seorang nabi dan junjungan seluruh umat manusia. Pada masa kehamilan itu pula, sang ibu menyaksikan cahaya keluar dari tubuhnya. Cahaya tersebut bersinar sampai ke negeri Syam.Di tempat lain terjadi pula peristiwa yang menakjubkan. Disebutkanlah satu guncangan di istana Kisra di Persia yang menyebabkan istana tersebut retak, yang menjadi tanda keruntuhan kerajaan itu. Juga, api di negara Parsi yang tidak pernah padam selama hampir seribu tahun, namun kemudian padam pada saat Muhammad dilahirkan. Peristiwa ini mengejutkan orang-orang Parsi.Sementara itu, di dalam nazhom yang diakhiri dengan bunyi nun, keutamaan budi pekerti baginda Rasul diuraikan dengan barisan kata yang memesona. Di bagian ini penulis menyajikan pribadi Nabi sebagai suri teladan dalam menciptakan kesetaraan, tenggang rasa, dan cinta kasih antarsesama.Rasul berada di garis terdepan dalam penerapan tatanan sosial berdasarkan ajaran agama Islam. Beliau sangat mencintai kaum fakir miskin, berjalan seiring sejalan dengan para sahabatnya tanpa membedakan status sosial maupun ekonomi. Syair Barzanji mengisahkan suatu ketika Rasulullah mengatakan Khalluu Dhohri (janganlah kalian berjalan di belakangku). Ini menunjukkan sebuah keteladanan sang pemimpin akan pentingnya kebersamaan dengan saudara seiman.


B. KRITIKAN ATAS KITAB BERZANJI
Barzanji menyajikan kisah kehidupan Nabi dengan untaian kalimat yang begitu gemilang. Dan di sisi lain, masyarakat Indonesia pada umumnya tumbuh berkembang dalam lingkungan yang kaya akan karya sastra. Dengan demikian, penerimaan Barzanji di Tanah Air berjalan cepat dan berakar kuat.padahal cara berislam yang benar tidak di landasi alasan-alasan seperti itu.
transformasi nilai dalam syair-syair maulid Barzanji dan lainnya dalam kehidupan umat sehari-hari masih terkendala oleh faktor bahasa. Sejauh ini, terjemah versi bahasa Indonesia belum banyak dibaca oleh masyarakat, terutama yang berada di pedesaan. Akibatnya, tidak banyak umat Muslim Indonesia yang mampu menyelami mutiara hikmah yang terkandung di dalamnya. sehingga banyak yang tidak mengetahui makna yang terkandung, maka terjerumuslah pada kata-kata syirik, khurofat dan bid’ah.
di indonesia kitab berzanji ini dilantunkan dalam upacara-upacara seperti sekaten, kelahiran anak, akikah, potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya. Ini mencerminkan kesatuan ciri-ciri kebudayaan umat Islam Indonesia, sekaligus menyimbolkan keseragaman cara pandang mereka terhadap Rasulullah SAW. Pada skala yang lebih kecil, jamaah yang hadir dalam pembacaan Barzanji memiliki kesadaran persamaan antarsesama. Mereka duduk bersila bersama, berdiri bersama, membaca Barzanji bersama, dan makan bersama. Dari level yang paling kecil inilah, benih-benih persatuan umat Islam dapat dipupuk dan ditumbuhkembangkan demi keutuhan ukhuwah islamiyah.padahal dalam islam tidak mengenal upacara-upacara tersebut. dan tidak mungkin pada masa Sholahuddin ada berzanji .Sebab masa hidup keduanya jauh berbeda. Masa hidup syekh Ja`far adalah sekitar tahun 1764 M – 1177 H. Sedang masa hidup salahuddin al ayuubi sekitar 1183 M.
Rasulullah di katakan cahaya di atas cahaya adalah sirik , dan tidak layak di sematkan kepada Rasulullah
Lihat ayat sbb :
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS AN-NUR; 35)
Jadi cahaya di atas cahaya adalah Allah dan tak layak di sandang para nabi atau Rasul
kisah-kisah di atas dalam sejarah kitab berzanji adalah khurofat. Dalam majalah al manar di terangkan :Setelah tiga riwayat itu – riwayat di sebutkan pula riwayat Makhzum bin Hani` dari ayahnya menurut riwayat al baihaqi dan Abu Nuaim . Di sana di jelaskan pada malam maulid istana Kisra goncang , hingga 14 balkonnya jatuh . Api persia mati , lalu danau Sawah juga kering …………….padahal yang benar adalah Riwayat al baihaqi itu sangat lemah .Ibnu Aasakir berkata : Hadis nyeleneh kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadis Makhzum dari ayahnya dan hanya Abu Ayyub al bajali yang meriwayatkannya Dan ia tidak bisa di buat hujjah bila sendirian . Jadi kisah itu tidak valid dan tidak usah di percaya.Abu Nuaim sendiri meriwayatkannya tapi kurang percaya padanya .Beliau memang suka meriwayatkan hadis – hadis mungkar , bahkan palsu tanpa komentar di harapkan orang – orang akan mengetahui derajat hadis dari sanadnya .Mereka mengeritik Abu Nuaim dan Ibnu mandah , dan masing – masing di keritik karenanyaDzahabi menyatakan : ” Saya tidak menerima perkataan keduanya , aku tidak tahu dosa besar karena keduanya meriwayatkan hadis – hadis palsu tanpa komentar” .

C. APAKAH HUKUM DARI BERZANJI
?????????????????????????????????????????????????


Ulama membolehkan perkara seperti zanji dan qasidah. Zanji dan Qasidah adalah benda yang sama, kalau di Mesir qasidah dan Malaysia dikenali zanji, walhasil semuanya menuju kepada mahabbah (cinta) pada Rasulullah s.a.w. Silaka...Itulah fatwa yang boleh ana kongsikan dengan sahabat2 sekalian daripada guru saya Syeikh Taha Hubaisyi, seorang pakar aqidah Mesir, bagi ana bukan sahaja Mesir bahkan dunia. Cinta beliau pada Rasulullah sangat dalam dan luar biasa meskipun buta.

Bahkan kalau sahabat melihat kepada sejarah, Nabi sendiri tidak pernah menegur perbuatan orang madinah yang menyambut ketibaan Nabi s.a.w. yang datang dari makkah dengan qasidah طلع البدر علينا . Kita semua tahu bahawa Nabi datang ke Madinah atas undangan orang2 Madinah yang begitu cintakan Nabi s.a.w. dan yakin bahawa baginda mampu memyatukan Kaum Aus dan Kaum Khazraj. Di situ menunjukkan bahawa Nabi tidak melarang perbuatan tersebut bahkan tidak ada hadith yang melarang perbuatan sedemikian.

Ok...Ana rasa tidak perlu memanjangkan kalam perbahasan tentang isu yang sebenarnya sudah lama selesai. Ulama telah membahasnya sehingga masak dan yakinilah kalam mereka tanpa ragu2. Semuanya yang kita lakukan sebagai mahabbah kepada Rasulullah insyaAllah akan dihitung oleh Allah kelak dan menempatkan kita bersama Nabi Muhammad yang sayangi. Ana rasa point ana sampai kepada sahabat2 sekalian. Lakukan apa sahaja yang tidak bertentangan dengan syara'.

Telah berkata Syeikh Ruhy Murabbi:
Kalau zanji/qasidah itu bid'ah, nescaya ulama' Mesir lah yang pertama akan bangkit menentangnya kerana ulama Azhar adalah penegak sunnah. Tapi apa yang berlaku? Para Alim Ulama duduk dalam majlis2 qasidah memuji Nabi s.a.w. Apakah semua Ulama Azhar sesat(bid'ah). Kalau begitu, yang tidak sesat hanyalah wahabi sahaja, itupun 2/3 orang sahaja, syurga yang begitu luas dan banyak Allah cipta hanya untuk dihuni oleh 2/3 orang dan pengikut sekitar 1000 orang sahaja....tak masuk akal langsung.

( Tambahan data: http://syeikhubaidillah.blogspot.com/2010/03/hukum-berzanji-berqasidah.html

Sumber Tulisan :
http://amustofa.blogspot.com/2009/03/berzanji.htm
http://mantankyainu.blogspot.com/search/label/KItab%20Berzanji
Al a`lam 123/2

Tiada ulasan:

Catat Ulasan