Khamis, 15 Mac 2012

TAMPAN

Wajah hanya anugerah sementara,
Bayangan budi lebih utama,
Jejaka tampan anugerah sementara,
Bayangan akhlak mulia lebih utama.

Sinar wajah dihiasi wuduk,
Sinar jejaka dihiasi akhlak,
Sempuna ibadat dengan wuduk, 
Lebih berharga mulia akhlak.



Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika tanpa keimanan
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika kelak dilaknat Tuhan
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika hari-harinya tanpa amalan
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika tak ada Al Qur’an yang lekat dalam ingatan
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika tidak memburu keridhoan
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika hatinya dikotori kebanggaan
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika tak punya kehormatan
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika matanya masih meliar dan tak mampu tundukkan pandangan
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika tak bisa mengendalikan hawa nafsunya
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika hanya untuk tonjolkan pesona dan memikat wanita
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika enggan mematuhi suruhan Allah dan malah bangga dengan dosa-dosa
Wajah Tampan? Sia-sia!! Jika akhirnya nanti mendapat siksa di neraka


Ketampananmu tak bererti kerana ia tak menjamin kamu diredhai
Ketampananmu tak berguna, kerena seseorang masuk surga bukan kerena tampannya rupa.

Ketampananmu pasti akan pudar dan hilang seiring waktu yang berjalan. Sedang apa-apa yang engkau lakukan akan abadi dan pasti dimintai pertanggungjawaban oleh Ilahi.

Ketampananmu tak akan bisa menjadi pembela saat engkau dihadapkan pada pengadilan Yang Maha Esa.

Ketampananmu tidak akan pernah bisa menjadi pemberat amal-amal kebaikan di mizan. Tak juga bisa meringankan azab yang ditimpakan di hari kemudian.
Ketampananmu hanya pemberian yang tidak akan memberi pengaruh di dalam alam keabadian.

Cuba lihatlah Bilal bin Rabbah dengan kulitnya yang hitam, lihat pula Amr bin Jamuh dengan kakinya yang pincang, lihatlah juga Abdullah bin Ummi Maktum dengan kebutaan penglihatan.

Mereka mulia di sisi Robb mereka, Rasulullah mengakui keutamaan mereka. Bukan karena tampannya rupa, bukan pula karena sempurna anggota badannya. Namun semuanya karena kesetiaan pada ikrar syahadat yang diucap, kepatuhan pada aturan syariat, melaksanakan kewajiban tanpa keengganan, dan ketaqwaan yang menghunjam sanubari tanpa lekang.

Tidakkah kau belajar pada Yusuf ‘alaihissalam ketika dia digoda untuk berzina ia menolak seraya berkata, “Aku berlindung kepada Allah…” Dan ketika wajah tampannya menarik kaum wanita dia sampai berdoa, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku…”

Tidakkah kau perhatikan perkataan Umar bin Abdul Aziz saat seorang sahabat lamanya -Muhammad bin Ka’ab Al qardhi- menyatakan keheranannya atas penampilan Umar yang berubah setelah menjadi khalifah. Padahal saat Umar menjadi gubernur Madinah tubuhnya indah dan subur, dan setelah menjadi amirul mukminin Umar menjadi kurus, sederhana dan bersahaja. Umar berkata menjawab keheranan Ka’ab, “Bagaimana kalau kau lihat aku di kuburku tiga hari setelah kematianku saat kedua mataku tanggal pada pipiku, dari hidung dan mulutku mengalir cacing dan nanah. Tentu saat itu engkau akan sangat ingkari aku lebih dari pengingkaran dan keherananmu saat ini.”



Wahai pemuda yang bangga dengan ketampanannya…
Wahai pemuda yang sibuk dengan penampilan lahirnya…
Wahai pemuda yang terlena dengan pandangan dan pujian manusia…

Jangan lagi tertipu akan kefanaan dan kenikmatan tanpa keabadian. Bersegeralah menuju penghambaan yang akan memberi keberuntungan. Apa yang akan kau banggakan saat kematian telah menjelang, apa yang akan kau persembahkan.

(Sumber : Facebook Jie Mutazzar Isyraq)


Tiada ulasan:

Catat Ulasan